Kanker ovarium adalah salah satu jenis kanker yang menyerang ovarium, organ reproduksi wanita yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur. Meskipun kanker ovarium tergolong sebagai penyakit serius, dengan deteksi dini dan perawatan yang tepat, peluang kesembuhan dapat meningkat. Artikel ini akan membahas penyebab dan gejala kanker untuk meningkatkan kesadaran dan membantu deteksi dini.
1. Pengertian Kanker Ovarium
Kanker ovarium terjadi ketika sel-sel di ovarium mulai tumbuh secara tidak terkendali dan membentuk tumor. Ada tiga jenis utama: epitelial, germ cell, dan stromal, dengan epitelial sebagai jenis yang paling umum. Kanker ini sering kali ditemukan pada stadium lanjut karena gejalanya yang tidak spesifik dan sering diabaikan.
2. Penyebab Kanker Ovarium
Faktor Genetik
Salah satu penyebab utama kanker adalah faktor genetik. Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi. Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 secara khusus telah dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Usia
Risiko terkena kanker ovarium meningkat seiring bertambahnya usia. Sebagian besar kasus kanker ovarium terjadi pada wanita yang berusia 50 tahun ke atas, dengan puncak insiden pada usia 60-an.
Riwayat Reproduksi
Wanita yang belum pernah hamil atau yang memiliki anak pertama pada usia lanjut memiliki risiko lebih tinggi. Ini mungkin terkait dengan jumlah ovulasi yang lebih banyak sepanjang hidup mereka, yang dapat meningkatkan risiko mutasi sel di ovarium.
Terapi Hormonal
Penggunaan terapi hormonal, terutama terapi penggantian hormon estrogen tanpa progesteron, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, terutama jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Faktor Gaya Hidup
Beberapa faktor gaya hidup, seperti obesitas, pola makan tinggi lemak, dan kurangnya aktivitas fisik, dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan bedak talcum di area genital mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko, meskipun bukti ini masih kontroversial.
3. Gejala Kanker Ovarium
Perut Kembung
Salah satu gejala awal yang paling umum dari kanker adalah perut kembung yang terus-menerus. Wanita mungkin merasa perut mereka bengkak atau kencang, dan sering kali disertai dengan penurunan nafsu makan.
Nyeri di Area Panggul
Ketidaknyamanan di daerah panggul atau perut bagian bawah bisa menjadi tanda kanker. Nyeri ini mungkin tumpul dan berulang, atau bisa juga muncul sebagai nyeri tajam dan mendadak.
Perubahan Pola Buang Air
Dapat mempengaruhi kandung kemih dan usus, yang menyebabkan perubahan pola buang air kecil atau besar. Ini bisa termasuk sering merasa ingin buang air kecil, sembelit, atau diare.
Penurunan Berat Badan yang Tidak Dijelaskan
Penurunan berat badan yang tidak direncanakan dan cepat juga bisa menjadi tanda kanker. Ini sering kali disertai dengan rasa kenyang yang cepat saat makan, yang merupakan akibat dari tekanan tumor pada perut.
Kelelahan yang Berlebihan
Kelelahan yang tidak biasa dan berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas juga bisa menjadi gejala kanker. Ini sering kali disertai dengan gejala lainnya seperti anemia atau kehilangan nafsu makan.
4. Deteksi dan Pencegahan Kanker Ovarium
Deteksi dini kanker bisa dilakukan melalui pemeriksaan panggul secara rutin, terutama bagi wanita yang memiliki risiko tinggi. Tes pencitraan seperti ultrasound dan CT scan juga dapat membantu dalam mendeteksi tumor ovarium. Tes darah untuk mengukur kadar CA-125, protein yang sering kali meningkat pada wanita dengan kanker, juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik.
Pencegahan Kanker Ovarium
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko. Penggunaan kontrasepsi oral, memiliki anak, dan menyusui dapat menurunkan risiko. Wanita dengan risiko genetik yang tinggi juga dapat mempertimbangkan operasi pengangkatan ovarium sebagai langkah pencegahan.
Kesimpulan
Kanker ovarium adalah penyakit yang serius namun dapat ditangani dengan lebih baik jika terdeteksi sejak dini. Memahami penyebab dan gejala kanker sangat penting untuk deteksi dini dan pengobatan yang lebih efektif. Wanita yang memiliki risiko tinggi sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan rutin dan tindakan pencegahan yang tepat.